Rabu, 02 November 2011

Konseling Psikoanalisis Klasik


KONSELING PSIKOANALISIS KLASIK (KOPSAK)

1.      Pengantar Konseling Psikoanalisis Klasik
            Konseling psikoanalisis merupakan model konseling pertama yang diangkat dari pandangan psikologi dalam Sigmun Freud. Psikoanalisis terdiri dari dua kata yaitu psiko dan analisis. Psiko secara etimologis artinya psikis atau disebut juga dengan jiwa. Psikoanalisis dapat diartikan dengan analisa jiwa.
            Freud (K. Bertens, 1979), membedakan arti psikoanalisa menjadi tiga, yaitu:
a.       “Psikoanalisis”, dipakai untuk menunjukkan suatu metode penelitian terhadap proses-proses psikis seperti mimpi yang sebelumnya tidak dijangkau oleh penelitian-penelitian ilmiah.
b.      Istilah ini ditunjukkan juga pada suatu teknik untuk mengobati gangguan psikis yang dialami oleh klien-klien yang neurotis.
c.       Istilah yang sama dipakai pula dalam arti lebih luas lagi untuk menunjukkan seluruh pengetahuan psikologis yang diperoleh melalui metode dan teknik di atas.

2.      Asumsi tentang Manusia
            Pandangan tentang manusia dalam pendekatan-pendekatan konseling oleh Sugiharto adalah :
a.       Manusia cenderung pesimistik, deterministik, mekanistik dan reduksionistik.
b.      Manusia dideterminasi oleh kekuatan-kekuatn irasional, motivasi-motivasi tidak sadar, kebutuhan-kebutuhan dan dorongan-dorongan biologis dan naluriah oleh peristiwaperistiwa psikoseksual yang terjadi pada masa lalu dari kehidupannya.
c.       Tingkah laku manusia :
·         Ditujukan untuk memenuhi kebutuhan biologis dan insting-instingnya
·         Dikendalikan oleh pengalaman-pengalaman masa lampau dan ditentutkan oleh faktor-faktor interpersonal dan intrapsikis.

                        Model konseling Psikoanalisis Klasik memandang tingkah laku manusia didasarkan tiga ansumsi dasar yang dapat mempengaruhi perkembangan pribadi manusia, yaitu :
a.       Lima tahun pertama merupakan saat yang menentukan perkembangan manusia
Jika pada masa balita itu anak memperoleh perilakuan yang kurang baik dan tidak menyenangkan dari orang tua atau dari orang dewasa lainnya maka akan dapat menghambat perkembangan fisik dan psikisnya setelah dia mencapai dewasa. Lebih jauh trauma psikis masa kanak-kanak ini dapat menjadi bibit yang menimbulkan konflik atau tingkah laku neurotis.

b.      Dorongan seksual merupakan kunci dalam menentukan tingkah laku individu.
      Setiap tingkah laku itu didasari oleh dorongna seksual. Dorongan seksual yang dimaksud bukanlah khusus hubungan sek (dalam arti senggema), namun dalam arti yang lebih luas, yaitu dorongan untuk menampilkan kepriaan atau kewanitaan
c.       Tingkah laku individu banyak dikontrol oleh faktor ketidaksadaran.
Misalnya dengan cara seseorang berbicara, cara duduk, cara berjalan dan kebiasaan-kebiasaan lainnya yang mungkin tingkah laku tersebut diperolehnya dari orang tua atau nenek moyangnya di masa lalu.

3.      Stuktur kepribadian
a.       Id
      Id adalah lapisan psikis yang paling besar atau dapat dikatakn dorongan dari dalam diri individu berupa kebutuhan-kebutuhan, keinginan dan kehendak. Dalam id terdapat naluri-naluri dalam bentuk dorongan seksual, sikap agtresig dan keinginan yang direpresi.
b.       Ego
      Ego merupakan perantara (mediator) antara Id dengan lingkungan. Kegiatannya mengarahkan Id untuk memperoleh sesuatu dalam pemenuhan kebutuhannya. Aktifitas ego bersifat sadar, pra-sadar dan tidak sadar. Ego bersifat sadar contohnya adalah persepsi lahiriah dan persepsi bathiniah. Contoh aktifitas pra-sadar dapat dikemukakan seperti fungsi ingatan. Aktifitas tak sadar dijalankan dengan mekanisme pertahanan diri (defence mechanism). Ego dikuasai oleh prinsip realitas, dalam arti ego lebih menekankan bagaimana sesuatu yang dibutuhkan dapat terpenuhi dalam dunia nyata. Dalam perwujudannya, prinsip realitas ini tidak boleh dianggap bertentangan dengan prinsip kesenangan yang disesuaikan dengan kenyataan.
c.       Super Ego
      Super Ego merupakan rambu-rambu yang menjadi petunjuk individu bertingkah laku dalam usaha memenuhi kebutuhan Id-nya. Super Ego berfungsi untuk menentukan apakah sesuatu itu susila atau tidak, pantas atau tidak pantas, benar atau salah, dan dengan berpedoman kepada isi pribadi akan dapat bertingkah laku sesuai dengan moral-moral yang berlaku di masyarakat.

      Super Ego berfungsi melalui hubungan dengan ketiga unsur kepribadian yaitu dengan cara:
a.       Merintangi impuls-impuls Id, terutama impuls seksual dan agresif yang pernyataannya sangat ditentang oleh masyarakat.
b.   Mendorong Ego untuk lebih mengejar hal-hal yang bersifat moralistis daripada yang realistis.
c.       Mengejar kesempurnaan.
4.      Perkembangan Kepribadian Salah Suai
            Sumber Kepribadian yang salah suai menurut Hansen JC Stevic RR dan Warner (1977) membagi atas dua yaitu :
a.       Ketidaksesuaian dan ketidakefektifan anatara kerja Id, Ego dan Super Ego.
b.      Proses belajar pada masa kanak-kanak yang tidak sesuai atau tidak benar.

                        Akibat dari ketidakefektifan anatara kerja Id, Ego dan Super Ego ini akan menimbulkan kecemasan pada diri individu, karena mungkin ada yang direpresi, dan yang direpresi itu setiap kali ingin muncul ke dalam kesadaran. Orang yang insompia, selalu cemas dan phobia, lebih banyak disebabkan unsur egonya tidak berjalan dengan baik.
                        Proses belajar pada masa kanak-kanak yang tidak sesuai atau tidak benar, misalnya anak terlalu banyak mendapat tekanan atau diindoktrinasi dengan nilai-nilai yang amat kaku, dapat mempengaruhi perkemabangan kepribadian, karena hal demikian menimbulkan konflik-konflik dalam diri sendiri.

5.      Tujuan Konseling dan Teknik Konseling
a.       Tujuan konseling
     Tujuan konseling pendekatan Psikoanalaisis Klasik adalah menjadikan hal-hal yang tidak disadari klien menjadi disadarinya. Tujuan itu dicapai dengan membuat konflik-konflik yang tidak dapat disadari menjadi disadari dan dengan menguji dan menjajaki materi yang bersifat intra psikis. Dalam hal ini konselor membantu klien menghidupkan kembali pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak dini dengan menembus konflik-konflik yang direpresi. Setelah pengungkapan materi yang tidak disadari dan mengganggu itu, kemudian konselor berusaha merasionalkan kesan-kesan itu, sehingga klien menyadari bahwa kesan yang dibawanya tersebut tidaklah sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
     Strategi pokok dari konseling Psikoanalisis Klasik ini adalah “khataris”, yaitu usaha melepaskan kesan-kesan yang selalu mendesak dari bawah sadar klien, yang selama ini tidak bisa dilepaskan atau selalu direpresi. Pelepasan kesan-kesan tersebut akan dapat membantu suasana perasaan klien menjadi lega. Untuk itu suasana yang bebas ancaman amat diperlukan dalam kegiatan konseling.

     Tujuan konseling dalam pendekatan-pendekatan konseling adalah :
Membantu klien untuk membentuk kembali struktur karakternya dengan menjadikan hal-hal yang tidak disadari menjadi disadari oleh klien.
Secara spesifik :
a.       Membawa klien dari dorongan-dorongan yang ditekan (ketidaksadaran) yang mengakibatkan kecemasan kearah perkembangan kesadaran intelektual.
b.      Menghidupkan kembali masa lalu klien dengan menembus konflik yang direpres.
c.       Memberikan kesempatan kepada klien untuk menghadapi situasi yang selama ini ia gagal mengatasinya.

b.      Teknik konseling
·         Assosiasi Bebas
          Merupakan alat untuk mengungkapkan bahan-bahan yang terdesak atau yang berada dalam ketidaksadaran klien. Melalui asosiasi bebas, dapat dipanggil kembali pengalaman-pengalaman masa lampau dan pelepasan emosi-emosi yang berkaitan dengan situasi traumatik di masa lampau. Pelepasan emosi-emosi yang tertahan selama ini disebut juga dengan “katarsis”.
          Cara melakukan asosiasi bebas ini misalnya dengan mempersilahkan klien untuk tidur berbaring, kemudian mengajak klien dan memberikan kesempatan sebebas-bebasnya untuk menceritakan tentang apa saja yang dirasakan atau yang dialaminya di masa lalu.
·         Analisis Mimpi
          Bagi Pendekatan Psikoanalisis, mimpi dianggap penting sebab melalui mimpi dapat diungkapkan kesan-kesan yang direpresi dan mimpi merupakan pemuasan keinginan-keinginan yang tidak dapat dicapai dalam kenyataan. Bagi Freud, analisa tentang mimpi membawa banyak keuntungan, analisa ini dapat meneguhkan hipotesisnya tentang susunan dan berfungsinya hidup psikis dan karena lewat mimpi dapat dibongkar ingatan-ingatan dari masa lampau yang tidak mungkin ditemukan lagi dengan cara lain.
·         Transferensi (pengalihan)
          Maksudnya adalah pengalihan objek perasaan pada orang lain, dalam hal ini klien mengarahkan hal apa yang dirasakan dan dimauinya pada konselor, yang selama ini tidak dapat dilakukannya.
          Melalui transferensi ini memungkinkan klien mampu memperoleh pemahaman atas sifat dari fiksasi-fiksasi dan depresi-depresinya, dan menyajikan pemahaman tentang pengaruh masa lampau terhadap kehidupannya sekarang.
·         Penafsiran
          Ini digunakan oleh konselor agar klien mampu menggunakan pikiran dan mengfungsikan kembali kerja ego dan super egonya. Penafsiran dirancang agar klien sedikit demi sedikit dapat menghadapi kenyataan.
          Fungsi penafsiran itu adalah mendorong ego klien untuk menstimulasikan bahan-bahan baru dan mempercepat proses penyingkapan bahan tak sadar lebih lanjut. Penafsiran konselor menyebabkan pemahaman dan tidak terhalangnya bahan-bahan yang tidak disadari pada pihak klien.

6.      Kekuatan dan Kelemahan KOPSAK
v  Keterbatasan Pendekatan
·         Pandangan yang terlalu determistik dinilai terlalu merendahkan martabat kemanusiaan.
·         Terlalu banyak menekankan kepada masa kanakkanak dan menganggap kehidupan seolah-olah ditentukan oleh masa lalu. Hal ini memberikan gambaran seolaholah tanggung jawab individu berkurang.
·         Cenderung meminimalkan rasionalitas.
·         Data penelitian empiris kurang banyak mendukung system dan konsep psikoanalisis, seperti konsep tentang energi psikis yang menentukan tingkah laku manusia.





Sumber :
Taufik. 2002. Model-Model Konseling. Padang : FIP UNP
Sugiharto. Pendekatan-Pendekatan Konseling. Universitas Negeri Semarang










Tidak ada komentar:

Posting Komentar